Minggu, 04 November 2012

PACARKU IDOLAKU PART 1


PACARKU IDOLAKU

            Awal pertama masuk SMA. Waktu itu saat berlangsungnya MOS pertama kali memasuki sebuah sekolahku yang baru yaitu SMA 3 Mimpi Indah Bandung. Disinilah tempat dimana aku memulai hidup baruku sebagai seorang pelajar yang akan menjadi lebih dewasa.

            Aku ya aku , namaku Hanhagun Kuritaza. Aku seseorang yah yang bisa dibilang cantik sih, baik hati, tetapi aku sedikit agak lemot lah kalau di ajak berbicara. Wajar saja kenapa? Karena banyak sekali yang aku fikirkan dan kebanyakan apa yang di omongin sama temenku ak tak begitu memperhatikan. Bukan hanya terfokus sama satu topic saja. Tapi bisa juga aku memikirkan topic-topik yang lain. Yaitulah aku. Dan aku banyak orang yang bilang bahwa aku jutek , judes padahal itu juga tidak. Hanya mereka belum mengenalku lebih dalam saja. Tak hanya itu, jika ada yang membuatku benar-benar marah aku bisa meledakkan segala sesuatu yang ada di sekitarku.
            “Hei kamu ! Kalau nyanyi itu yang becus yah jangan lembek! Kamu mau MOS mu itu gak lulus. Dan sekarang sudah sana masuk ke ruang sidang saja. Cepat!”
            “Baik kak”. Akupun keluar berjalan dengan lemasnya menuju ruang sidang. Tak kusangka MOS disini begitu seketat ini. Tapi biarlah akan aku jalani saja dengan ikhlas.
            Ketika aku melewati sebuah kolidor sekolah untuk menuju ke ruang siding tiba-tiba seeetttt…..ada yang melewatiku dan ketika aku melihat.... cowok itu begitu keren sekali dan kenapa tiba-tiba jantung ini berdegup begitu kencang 

saat ia melintasiku. Namun aku tak begitu memperhatikannya karena sedang terburu-buru menuju ruang yang paling menyebalkan itu.
            Sesampainya aku di ruang siding. Suasana begitu menjadi hening, karena apa? Hanya aku saja yang ada pada ruang sidang tersebut dan aku tak menemukan satu orangpun yang ada disana kecuali kakak-kakak MOS yang sepertinya sebentar lagi akan mengerjaiku habis-habisan.
            “Hei, siapa kamu? Berani-beraninya kamu datang kesini?”. Tiba-tiba sebuah suara keluar dari ruangan tersebut. Dan itu adalah sebuah kakak senior.
            “Maaf kak, aku di suruh kesini oleh kakak senior lainnya yang bertugas dikelasku.” Jawabku dengan sedikit agak gugup memang.
            “Kelompok apa kamu?”. Dengan begitu kasarnya dia bertanya kepadaku.
            “Kelompok holahola kak.” Aku menjawab dengan nada begitu malas.
            “oh, hola-hola…baiklah karena kamu sudah sapai disini. Sini aku ada pekerjaan
            untukmu. Nyanyikan sebuah lagu untuk kita-kita yang ada disini. Jika kami belum
            puas aku tak akan membiarkan dirimu pergi.”
            Ohhh noo seperti aku baru saja disambar oleh sebuah petir. Jdaaarrrr…. . Tak kusangka mereka sekejam ini padaku. Siapakah sih sebenarnya kakak-kakak ini semua? aku ingin benar-benar mengenal mereka dan jika MOS selesai aku mau balas dendam dan tak ingin mengenal mereka lagi. Sungguh menyebalkan! Namun harus aku lakukan demi kelancaran awal masuk Sekolah Menengah Atas. Dan akhirnya akupun mulai menyanyikan sebuah lagu untuk mereka, namun suaraku memang aku sengaja datar sebab aku tak ingin terlalu banyak mengeluarkan kata-kata dari mulutku karena akan menghabiskan banyak tenaga saja. Akhirnya seperti yang aku duga-duga benar. Mereka mengomeliku seperti waktu aku berada di kelas sebelumnya.
            “Hei anak manja. Hanya sebegitukah suaramu? Kamu tau sebuah tong kosong? Tong kosong dengan bunyi suaramu masih enak di dengar sebuah tong kosong. Kamu itu sebenarnya bisa menyanyi tidak sih?”. Ucap salah seorang cowok kakak MOS tersebut yang benar-benar telah membuatku menjengkelkan sekali. Namun sepertinya tiba-tiba ada yang menjadi seorang penengah.
            “Sudahlah Ronal. Dia itu masih adik kelas maafkan sajalah. Jangan terlalu dikerasin kasihan dia apalgi dia itu sendirian disini Ronal.” Waaaww aku serasa ingin terbang melayang karena kakak perempuan cewek cantik itu seperti membelaku mati-matian. Kakak itu seperti seorang bidadari yang dikirimkan untukku hari ini untuk menolongku. Dan akupun akhirnya tau nama salah satu kakak itu adalah Ronal. Lihat saja hassss……!!!!
            “Tapi Devania. Walaupu dia adik kelas tak bisakah dia menyanyi untuk kita. Apa susahnya sih menyanyi. Dia itu tak mempunyai bakat apa-apa. Menyanyi begitu saja tidak becus. Apa tak bisakah seorang adik kelas menyenangkan kakak kelasnya untuk kali ini. Begitu tidak berguna salah satu seorang adik kelas ini.” Ucap Si Ronal itu. Hmm….aku serasa ingin menamparnya tak peduli dia itu kakak kelas atau bukan. Karena kata-katanya itu begitu menusuk dan dia seperti tidak mempunyai sebuah pemikiran asal ngomong saja. Aku tau memang ini sebuah MOS tetapi tak seperti ini juga. Masak aku sendirian yang dikerjai.
            “Sudah semua. Diam! Dan kau, oya namamu siapa?”. Tiba-tiba seorang kakak cowok ada yang angkat bicara lagi.
            “Aku, Hanhagun Kuritaza kak.” Jawabku dengan sangat tegas.
            “oke, hanhagun…sekarang bernyanyilah sekuat tenagamu keluarkan semua. Aku tau dirimu itu tadi tak serius bukan. Tolong jangan kecewakan kakak senior yang ada disini. Oke…”. Tidak bisa aku percaya sebuah kata-kata mutiara terlontar dari mulut kakak itu.
            Siapakah dia? Ah tak perlu aku tau, aku pasti akan tau suatu saat. Dan yang terpenting untuk sekarang adalah aku bisa memberikan yang terbaik supaya mereka senang dan termasuk untuk kakak kece itu tadi.
            Aku mengeluarkan nafas dalam-dalam dari perut keluar melaui hidung inilah pernafasan perut yang sering aku lakukan sebelum bernyanyi. Karena dengan ini suara yang akan kita keluarkan untuk bernyanyi akan terasa bagus dan nyaring. Sebelum itu aku berfikir apakah lagu yang harus aku lantunkan untuk mereka? Akhirnya sudah aku putuskan. Aku akan menyanyikan lagu yang berjudul serba salah yang di populerkan oleh Raisa. Saat aku mulai bernyanyi, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Inikah suaraku yang sebenarnya jika aku memang benar-benar mempunyai niatan untuk bernyanyi. Tak begitu jelek dan aku sangat merasa nyaman sekali. Semoga saja mereka menyukai lagu yang aku lantunkan ini. Dan aku harap setelah aku menyanyikan lagu ini aku bisa cepat-cepat keluar dari ruangan yang begitu horror ini.
            Saat aku selesai melantunkan lagu tersebut, aku melihat mereka begitu menikmatinya sampai tak bisa berkata apa-apa. Namun yang aku heran si kak Ronal ini malah memandangiku begitu tajam, seakan-akan dia akan meluapkan sesuatu amarah untukku kali ini.
            “Waw, suara yang begitu jelek, jadul, dan tak pantas untuk dilantunkan olehmu Hanhagun.” Sekali lagi si Ronal itu mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tak boleh keluar dari mulutnya itu.
            “Sudah cukup Ronal. Ini sepertinya tak perlu dilanjutkan lagi. Dia sudah menuruti apa maunya kita. Dan kau tau lagu itu begitu merdu sekali saat Hanhagun yang menyanyikan. Aku sangat terhibur sekali. Bukankah begitu Devianti?”. Tiba-tiba kakak kece itu angkat bicara juga dan melirik kak Devianti.
            “Iya benar. Sudahlah tak usah hiraukan Ronal. Dia itu sensitive sekali memang jadi orang.” Oke… kali ini kak Devianti membelaku lagi. Seperti aku sudah percaya diri bahwa kakak cewek cantik itu menyukaiku dari awal.
            “Kalian berdua itu sangat menyebalkan Devianti dan Arga.”. yah kalimat terakhir yang diucapkan kak Ronal begitu aku dengar dengan jelas sekali. Oh, jadi kakak kece itu namanya Arga. Dia begitu baik dan aku berharap kak Devianti sama kak Arga itu lagi dekat, mereka begitu cocok sekali. Sama-sama cantik dan kece dan aku ingin memiliki mereka berdua sebagai kakak terdekatku disekolah baruku ini. Begitu serakahnya aku….hehhee.
J
            Akhirnya akupun terbebas dari ruangan tersebut. Seperti aku telah keluar dari lubang neraka yang akan menelanku begitu saja.
            Tiba-tiba aku mendengar sebuah suara dari arah pintu ruangan tersebut yang terbuka dan ada salah seorang memanggilku sebelum aku pergi.
            “Tunggu Hanhagun.!”. Tak bisa aku percaya yang memanggilku ini adalah kak Arga dan kak Devianti secara bersama’an.
            “Iya kak. Ada apa ya?”.
            “Begini Han, aku panggil Han aja yah biar lebih singkat. Jadi maukah kau bernyanyi di acara penutupan MOS tahun ini. Yang akan diselenggarakan besok?”. Apa? Apa inikah mimpi, aku seorang Hanhagun Kuritaza siswa yang baru masuk dalam sekolah ini dan baru memulai MOS ini diminta untuk bernyanyi diacara penutupan MOS. Ini tak kusangka terjadi begitu saja. Apa mereka bercanda?.
            “Maksudnya apa kak?” akupun memulai angkat bicara dan mencoba memastikannya saja.
            “Jadi begini Han….” Mulailah kak Devianti angkat bicara.
            “Sebenarnya kita dari awal itu sudah mengetahui bahwa suaramu itu bagus dan merdu. Cocok sekali untuk acara penutupan besok. Dan kami maaf tadi itu kami masih memastikan saja apa yang dikatakan Rio dan Rosa itu benar?. Mereka adalah kakak senior yang ada dikelasmu tadi bukan?. Yah mereka itu sempat mengabari kami bahwa di kelasnya itu ada salah seorang yang memiliki suara indah dan anggun. Dan itu kau. Aku juga di pesanin oleh mereka. Jika telah selesai mengerjai kau diruang sidang. Mereka menitipkan kata maaf untukmu Han. Jadi sudah jelaskan? Dan apakah kau bersedia?. Kami memohon bantuanmu.” Apa yang diucapkan kak Devianti barusan, benar-benar menandakan bahwa mereka sangat membutuhkan aku dalam acara tersebut.
            Aku masih memulai berfikir. Apakah aku harus menerima permintaan mereka begitu saja. Hmm….tiba-tiba kenapa yah terlintas difikiranku. Aku ingin menerima penawaran itu dan mungkin saja di acara penutupan tersebut aku bertemu dengan cowok yang pernah bertemu denganku di koridor sekolah yang membuat hatiku langsung dag dig dug saat bertemu dia.
            “oke kak. Aku akan melakukannya. Namun benarkah tadi semua itu hanya bercanda? Dan bisakah menjamin aku lolos dalam MOS tahun ini?”. Aku berharap kakak senior ini akan menjawab iya.
            “Yah insyaallah kami bisa menjamin dek. Dan sekali lagi kami ucapkan terima kasih.” Ucap kak Devianti dan Ronal secara bersama’an lagi. Entah ada apa dengan mereka berdua, sepertinya mereka memiliki kesama’an. Aneh saja, kata-kata yang baru dilontarkan tadi begitu panjang dan mereka bisa bersama’an bilang seperti itu dalam waktu yang bersama’an juga. Akupun tertawa terbahak-bahak bersama mereka.
v  
            Keesokan harinya. Ini adalah waktu yang membikin hatiku berdebar-debar. Karena, yah tepat hari ini dilakukannya acara penutupan MOS pada tahun ini. Tak kusangka begitu cepatnya hari. Begitu indah dan cerahnya suasana hari ini, itu mungkin bagi orang lai. Tapi buatku tidak, buatku hari ini brgitu mendung dan gelap. Dan seakan-akan akan terjadi sesuatu hal yang buruk pada hari ini. Namun aku harap itu hanya pemikiranku saja tak akan terjadi.
            Acara penutupan MOS pun dimulai yang diawali dengan upacara penutupan MOS. Setahuku setelah acara upacara itu selesai akan berlangsungnya sebuah acara bebas dimana acara itu bermacam-macam. Ada karaoke, yah termasuk aku ikut bernyanyi itu. Lalu ada dance, tapak suci, dan band yang akan ditampilkan dan masih banyak lagi. Yang lebih mengejutkan lagi, hanya aku lah yang dari adek kelas. Karena semua acara tersebut diisi dengann kakak-kakak senior. Untung saja ada temanku yang berusaha menghiburku. Namanya Wishel. Memang dia cowok, namun dia begitu baik terhadapku.
            Awal pertama aku kenal sama dia itu juga baru-baru ini saat MOS, karena dia satu kelas sama aku sebelumnya. Selain itu, dia juga cowok yang tampan. Banyak anak cewek rata-rata dari kakak senior yang menyukainya. Wishel membuat semua cewek yang berada di sekitarnya menjadi salah tingkah. Kecuali aku loh yah.
            “Sudahlah Han, tak usah menghiraukan mereka semua itu. Ayo semangat. Di sini aku mendukungmu. Lantunkanlah lagu yang biasanya kau nyanyikan selama ini. Jangan gerogi yah. Jika kamu gerogi maka lagu yang akan kau latunkan itu tak enak untuk didengar.” Begitu yang dikatakan Wishel kepadaku dengan semua kata-kata bijaknya.
            “Okeoke Wishel, akan aku coba.” Lalu aku menghembuskan nafasku dalam-dalam semoga saja penampilanku nanti tak akan memalukan.
            Dan sekali lagi aku memikirkan cowok yang pernah bertemu aku di koridor sekolah waktu itu. Entah apa yang terjadi aku selalu memikirkannya setiap saat. Seakan-akan aku ingin mengetahui semua tentang dirinya.
            Aku tersadar oleh lamunanku sendiri saat aku mendengar tepuk tangan yang keras sekali dari upacara penutupan MOS tersebut. Dan itu menandakan bahwa upacara itu telah usai. Hatikupun semakin berdebar-debar. Inilah pertama kali aku tampil di sekolah baruku ini.
            “Hai, Han…sedang apa kau disini cepat menuju lapangan sana, acara bebas akan segera dimulai. Kamu tampil yang ketiga yah. Setelah tapak suci, dance, dan karaoke. Ayo cepat, apa kau akan bernyanyi dengan busana ini?”. Tiba-tiba kak Devianti benar-benar membuyarkan lamunanku dengan ucapan yang dia lontarkan barusan. Semakin aku di tekan, aku semakin merasa gugup sekali. Dan dari arah belakang…..
            “Cepet bergerak cewek lemot.” Ucap salah seorang suara cowok. Dan ketika aku menoleh ke belakang ternyata si kak Ronal. Tetap saja anak itu tak berubah-berubah sampai acara penutupan MOS ini. Yasudahlah tak usah aku pikirkan. Aku hiraukan saja.
            “Iya kak Devianti aku akan memakai busana ini.” Ucapku dan aku benar-benar menghiraukan kak Ronal. Seakan-akan dia tak anggap tak ada disini sekarang bersama aku dan kak Devianti.
            “Jangan Han, sini akan aku rubah kamu menjadi cewek yang luar biasa. Ayo ikut kakak.” Aku tak mengerti dengan perkataan yang baru saja di ucapkan kak Devianti itu. Dia akan merubahku menjadi cewek yang luar biasa? Apa maksudnya?
v  
            Di ruang ganti cewek ini, aku melihat sebuah gaun-gaun yang begitu indah dengan gemerlap warnanya yang indah dan cerah di hiasi kerlap-kerlip bunga yang ada di sekitar gaun tersebut. Sebenarnya ini gaunnya siapa begitu indah, pasti tak relative murah.
            “Han, silakan kau pilih, kau mau memakai gaun apa nanti saat bernyanyi?” Kak Devianti memegang pundakku. Dan aku berbalik.
            “Waw, sangat mengejutkan sekali kak, ini semua busana siapa? Begitu indah dan anggun.” Aku masih sangat terkagum-kagum sampai tak sadar apa yang dikatakan kak Devianti sebelumnya.
            “Ini semua milikku Han.” Ucap kak Devianti. Dan akupun langsung terkejut. Apa ini semua milik kak Devianti? Pantas saja kak Devianti begitu anggun selama ini, selain cantik ternyata dia pintar juga untuk masalah sperti ini. Dia benar-benar seorang princess. Aku masih terdiam terkagum.
            “Halo Han, kau kenapa? Ayo cepat pilih salah satu gaun ini dan pakailah. Acara akan segera dimulai loh.” Ujar kak Devianti membuyarkan lamunanku lagi untuk sekian kalinya.
            “Baik kak.” Seperti aku tak berniat untuk bicara barusan. Karena aku masih benar-benar kagum. Aku berjalan mengelilingi semua gaun yang ada di dalam ruangan ini. Aku benar-benar memperhatikannya satu persatu. Sampai pada akhirnya aku menemukan sebuah gaun yang memang pantas dan cocok buatku. Gaun dengan gemerlap bintang di sekitarnya berwarna purple dan sedikit merah maron disekelilingnya. Aku sudah membayangkan jika aku memakainya pasti bagus sekali. Dengan percaya diri aku berkata seperti itu didalam hatiku.
            Aku pun memanggil kak Devianti. “Kak, ini aku sudah menemukannya. Aku memilih ini.” Dengan lantang sekali aku mengatakannya.
            Kak Devianti menghampiriku. “Pilihan yang sangat tepan Han, dan itu sangat terlihat cocok sekali untukmu. Cepat sana coba, pasti akan lebih terlihat bagus jika kau memakainya. Dan aku janji jika kau menampilkan penampilanmu dengan perfect, aku berharap kau bisa memiliki gaun ini.” Apa yang barusan dikatakan kak Devianti, aku bisa memiliki gaun ini. Betapa gembiranya hatiku. Aku meloncat-loncat girang dan segera ganti baju.
*    
            “Hai, Sang…kau akan tampil sebentar lagi.”
            “iyah begitulah. Aku akan tampil dalam acara bebas tersebut. Masih penampilan yang kedua nanti setelah tapak suci.”
            Tiba-tiba saat aku ganti baju ini, aku mendengar disebelah ruang ganti ini ada percakapan seseorang. Dan aku berfikir dia bilang akan tampil setelah tapak suci, berarti anak ini akan menampilkan sebuah dance, dan itu sebelum aku yang akan tampil. Lebih anehnya lagi aku penasaran dengan seseorang yang berbincang-bincang tadi. Sepertinya rasa pengen tauku ini seperti rasa pengen tauku tentang anak cowok yang bertemu denganku dikoridor waktu itu. Sudahlah mungkin saja bukan dan hanya kebetulan saja. Yang penting sekarang aku harus cepat-cepat bersiap.
*    
            Saat aku telah selesai memakai gaun tersebut. Kak Devianti begitu terpukau melihatku, terlihat dari tatapannya terhadapku. Aku sendiri saja terpukau dengan penampilanku sendiri. Apalagi orang lain yang melihatnya. Ini akan semakin menjadikanku gugup sekali.
            “Kau begitu sangat cocok memakainya Han, aku saja sampai terpukau. Aku yakin ini akan menjadi penampilan yang terbaik. Jangan kecewakan kakak senior yang telah memilihmu yah.” Ujar kak Devianti kepadaku dengan tetap tatapan matanya tertuju kepadaku begitu memukau.
            “Baik kak. Aku tak akan mengecewakannya. Aku akan tampil maksimal.” Ucapku. Namun aku sebenarnya masih begitu gugup.
            “Sudahyah Han, jangan gugup. Oke berikan penampilan terbaikmu. Aku mohon hanya pada hari ini saja.” Apa yang dikatakan kak Devianti itu, dia seperti bisa membaca pemikiranku bahwa aku memang gugup sekarang.
            “Siap kak.”
            “Oke, ayo kita keluar menuju lapangan. Sebentr lagi penampilan kedua. Yaitu dance, aku mendengar sepertinya tapak suci telah selesai.” Kak Devianti dengan sekejap menggandeng tanganku dan menarikku menuju keluar ruangan ganti.
            Akhirnya kami berdua keluar dari ruangan ganti dan menuju lapangan yang disana nanti dimana aku akan tampil di depan semua orang. Aku berharap, semoga saja penampilanku tak memalukan. Ya Tuhan kabulkanlah permohonanku ini !
v  
            “Oke..sekarang kita saksikan penampilan kedua, dance sekolah kita. Let’s go !”
 Aku mendengar apa yang dikatan oleh pembawa acara tersebut. Dan aku bersama kak Devianti pun mulai memasuki lapangan. Dan kami duduk diantara bangku penonton. Atau bisa dibilang bangku anak-anak MOS.
            Aku mulai memperhatikan penampilan dance ini. Dan akupun terkejut, dia…iya dia si dia…dia ada disini dan sekarang tampil. Tak bisa aku percaya anak itu yang bertemu dikoridor denganku waktu itu. Sungguh mengejutkan bercampur senang dihatiku. Akhirnya aku bisa menemukannya. Hei cowok yang disana siapakah dirimu? Aku ingin tau dirimu. Sekali lagi hatiku dag dig dug saat melihatnya. Aku ingin benar-benar mengenalnya. Dan aku masih tetap memperhatikannya terpukau sekali. Begitu indah penampilannya. Setiap gerak-gerik yang dilakukannya saat dance berlangsung begitu mempesonakan hatiku. Sampai aku tak sadar bahwa dance itu telah usai dan tepuk tangan penontonpun mendebarkan hatiku.
            “Yah. Begitu mempesona sekali penampilan yang baru saja kita lihat. Sekarang akan kita saksikan penampilan karaoke dari salah satu adik kelas kita.” MC pun mulai berbicara.
            Oh tidak…ini waktunya aku tampil. Apa aku siap? Aku harus siap bagaimanapun yang terjadi. Apalagi kakak senior yang telah membantuku dan mempercayaiku bahwa aku pasti bisa. Aku harus menampilkan yang terbaik, ditambah lagi karena ada cowok koridor tersebut. Yah aku menyebutnya cowok koridor karena sampai sekarang aku belom menemukan siapa nama dia.
            Sebelum aku turun dan menuju panggung kak Devianti berbisik kepadaku “Semangat!” aku pun hanya tersenyum tersipu.
            Aku teruskan langkahku menuju panggung dimana letaknya pas sekali ditengah-tengah lapangan sekolah. Aku melihat sekeliling, begitu banyak orang, teman-temanku, kakak-kakak senior semua, guru-guru sekolah ini. Dan ketika aku melirik arah kiri, dia…iya cowok koridor itu dia disana. Akupun bersemangat dan percaya diri. Aku akan menghilangkan rasa gugupku ini.
v  
            Hari ini adalah hari dimana aku benar-benar memulai awal sekolahku ini. Setelah selama 2 hari melakukan MOS yang membuatku menjadi terkejut, menegangkan, suka dukapun terdapat pada MOS saat itu juga. Walaupun hanya 2 hari sekalipun, banyak sekali peristiwa yang terjadi.
            Apalagi saat aku mengingat kembali penutupan MOS kemarin. Aku tampil dalam sebuah acara tersebut, membuatku bingung apa yang harus aku lakukan. Namun, akupun percaya diri sa’at menaiki atas panggung dan berada di saat itu juga. Alhasik aku melakukannya dengan sukses. Aku melatunkan lagu yang aku sukai, aku melatunkannya dengan sangat keras sekali. Pada waktu itu aku merasa bahwa semua bebanku telah hilang begitu saja dan merasa sangat enjoy. Apalagi dengan busanaku yang indah membuatku semakin percaya diri bahwa penampilanku itu sangat memuaskan semua orang yang ada di situ juga. Karena ditambah lagi dengan tepuk tangan sorak gembira dari semua penonton. Batinku berkata, akhirnya aku bisa membanggakan kakak-kakak seniorku termasuk kak Devianti. Di tambah lagi karena ada cowok koridor tersebut yang bisa melihat penampilanku yang indah ini.
            Tiba-tiba muncul difikiranku. Aku teringat dengan janji kak Devianti kepadaku sebelum aku tampil. Ia akan memberikan gaun indah yang aku pakai saat tampil itu kepadaku jika penampilanku memuaskan. Dan aku yakin penampilanku saat itu benar-benar memuaskan dan memukau. Pasti aku mendapatkan gaun ini. Dan tak akan kuperbolehkan kak Devianti mengingkari janjinya. Hehehe…..
            Tiba-tiba aku langsung teringat. Aku ada janji sama kak Devianti hari ini. Sebelum masuk pelajaran awal aku disuruh menemui di kelasnya. Tetapi kak Devianti itu kelas apa ya. Oh iya kelas 12 One Sosial. Aku harus buru-buru menemuinya sebelum masuk. Aku pun berlari, namun saat itu aku berhenti sejenak dan berfikir. Dimana kelas kak Devianti? Aduh kenapa aku bisa sebodoh ini sih.
            “Hai, dek.” Ada seseorang yang tiba-tiba memanggilku dan aku langsung menolehnya.
            “hay kak… ha??” aku terkejut sekaligus senang karena itu ternyata kak Arga. Kesempatan nih, mumpung ketemu sekarang aku mau tanyak kelasnya kak Devianti.
            “oya kak Arga, kelasnya kak Devianti dimana ya?” aku pun mulai bertanya.
            “ohh, kebetulan dek, Devianti satu kelas sama aku. Ayo aku antar.” Jawab kak Arga. Waw, ternyata kak Arga satu kelas sama kak Devanti. Dan sekaligus gembiranya diriku untung saja ada kak Arga yang baik hati ini mau mengantarku.
            waktu perjalanan menuju kelasnya kak Devianti. Aku menoleh sekelilingku. Oh jadi ini kelasnya kakak-kakak senior. Begitu jauh berbeda dengan kelasku. Yang bisa disebut kelasnya adik kelas sih. Kelas-kelas ini begitu indah dan tertata rapi. Himpitannya pun sudah di tata dengan begitu rapinya. Sekelilingnya bersih dan sangat nyaman untuk dilihat. Apalagi kelasnya terdapat di lantai 3 juga. Pemandangan dari atas yang begitu indah. Pantas saja, jarang sekali kakak senior turun kebawah. Dan lebih mengejutkan lagi, diatas ternyata sudah ada kantinnya sendiri. Kantin di atas begitu seperti restoran ternama saja. Banyak kelap-kelip lampu disana. Seperti ruangam tertutup yang setiap hari memang harus menyalakan lampu setiap saat. Kursi-kursinya pun bukan dari kayu seperti bisanya itu. Kursinya ini dari sofa yang begitu empuknya. Sungguh berbeda dengan apa yang aku temui di bawah selama ini. Ternyata seperti ini ya suasana di lantai atas. Beruntungnya kakak-kakak senior disini.
            “Nah ini. Kelasnya kak Devianti sekaligus kelasku dek.” Tiba-tiba kak Arga angkat bicara. Dan tanpa sadar aku sudah berada di kelasnya kak Devianti.
            “sebentar yah aku panggilin kak Devianti.” Ujar kak Arga sekal lagi. Mungkin gara-gara aku tak menghiraukannya awal tadi. Bagaimana tidak, aku terpesona dengan suasana di atas ini.
            “iya kak.” Akhirnya jawabku juga.
            “Devianti, ini ada Han ingin menemuimu?” teriak kak Arga.
            “Iya Ar, suruh masuk saja.” Ujar kak Devianti.
            “ayo, masuk saja Han, tidak apa-apa.” Suruh kak Arga. Tetapi bagaimana ini aku takut telat masuk. Soalnya sebentar lagi bel akan dibunyikan.
            “tak usah khawatir. Sepertinya masuknya agak lama. Ada rapat guru-guru.” Ujar kak Arga tiba-tiba. Dan sekali lagi kak Arga bisa membaca pikiranku. Akhirny aku masuk saja.
            Aduuhh, betapa menjengkelkannya. Karena saat aku masuk aku dikejutkan dengan biang kerok yang sangat aku benci pada MOS yaitu kak Royal. Ah, aku tak akan menyebutnya kak. Cukup Royal saja. Kenapa sih harus ada anak itu. Dia seharusnya tak pantas satu kelas dengan kak Arga sekaligus kak Devianti. Kelakuannya begitu jauh dengan mereka. Dan seharusnya aku tak bertemu dengannya.
            Aku menuju ke tempat meja kak Devianti. Kak Devianti tersenyum kepadaku. Dan dia menyedorkan sebuah tas kepadaku. Aku bingung maksudnya apa ini. Kenapa kak Devianti memberiku sebuah tas. Bukannya aku kesini karena mau menagih janjinya yang akan memberikan gaun indah itu kepadaku. Ternyata waktu aku buka tasnya. Di dalam tas tersebut sudah terdapat sebuah gaun yang indah yang dimana itu memang gaun yang aku pakai saat pementasan waktu itu. Kak Devianti tersenyum tersipu kepadaku. Hmm, senyumannya kak Devianti itu manis sekali. Dia begitu anggun dan cantik. Selain itu baik, bijaksana, aku begitu kagum terhadap kak Devianti itu.
            Ku ambil gaun tersebut lalu memasukkannya kedalam tasku. Lalu aku kembalikan tasnya kak Devianti kepadanya. Aku berpamitan untuk kembali ke kelas dan aku berterimakasih banyak kepada kak Devianti dan kak Arga yang sudah mengantarku. Saat aku mau keluar tiba-tiba …. Dduuuukkkk. Ada yang menabrakku sampai membuatku jatuh di lantai. Siapa dia?
            “maaf kau tak apa-apa?” begitu kata orang yang menabrakku barusan. Dan sepertinya aku mengenal suara itu.
            “iya tak apa.” Sambil aku membersihkan noda kotoran yang ada dibajuku.
            “sini aku bantu.” Begitu katanya. Dia mengulurkan tangan sebelah kanannya. Lalu aku memegangnya. Tangan ini begitu lembut dan kenapa hatiku tiba-tiba dag dig dug sendiri seperti yang aku rasain waktu bertemu cowok dikoridor itu.
            Saat aku berdiri dan aku menatap wajahnya. Aku begitu terkejut ternyata benar dia cowok yang ada dikoridor waktu itu. Aaaahhh seperti aku tak ingin waktu berjalan. Waktu berhentilah sejenak agar aku bisa menatapnya lebih lama lagi. Ternyata jika dari dekat dia begitu mempesona, wajahnya yang begitu keren abisssss membuatku bisa jatuh pingsan.

2 komentar: